Yuli Ridawati Dahlan

Dra. N. Yuli Ridawati, M.Si. Lahir di Bandung, 09 Juli 1963. Bekerja sebagai Pengawas SMP Disdik Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Alumni MWC 4 Jabar...

Selengkapnya
Navigasi Web

SAYAP-SAYAP PATAH (Bagian ke-5-TAMAT)

Hari ini pertama kali aku keluar rumah untuk bekerja seperti biasa, setelah hampir sebulan tak pernah aku laksanakan. Untungnya pimpinan tempat aku bekerja sangat mengerti dengan keadaanku. Jika menurutkan kata hati, sebenarnya aku masih enggan untuk keluar rumah. Ada rasa malu yang membuatku malas berhadapan dengan orang banyak. Aku malu dengan statusku kini. Aku takut orang mencibir dan menggunjingkan statusku. Dengan langkah ragu, aku menghampiri si Alex. Dialah kini yang akan menemaniku kemanapun aku pergi, setelah ditinggal tuannya.

Beruntung aku telah belajar mengendarai mobil. Kini manfaatnya terasa. Aku yang biasa diantar jemput, kini harus menyetir sendiri. Si Alexlah yang setia menemani. Alex adalah nama panggilan kesayangan keluarga pada mobil kami. Pelan-pelan kukeluarkan si Alex dari garasi. Dengan kecepatan sedang, si Alex melaju menuju tempat kerjaku. Setengah jam kemudian aku telah sampai. Aku memarkirkan si Alex di tempat teduh. Entah mengapa begitu sampai di tempat kerja, perasaanku jadi tak menentu. Jantungku berdetak kencang. Lututku bergetar. Badanku lemas. Tiba-tiba muncul rasa sedih yang teramat dalam. Terkenang akan kebiasaan yang selama ini dilakukan. Biasanya aku diantarkan olehnya, sebelum dia pergi ke tempat kerjanya. Aku berusaha menenangkan diri. Aku menarik napas dalam-dalam dan minum seteguk air putih. Perlahan kulangkahkan kaki menuju kantor, setelah tidak lupa mengunci pintu si Alex.

Melihat kedatanganku, teman-teman menyambut dengan gembira. Mereka memelukku dan menguatkan dengan kata-kata pemberi semangat. Mereka mendoakan agar aku kuat, tegar, dan sabar dalam menjalani suratan takdir ini. Mendapat sambutan yang demikian, aku merasa bahagia sekaligus terharu. Aku merasa bahwa aku tidak sendiri. Banyak teman dan saudara yang empati. Mereka memberi motivasi agar aku tidak merasa malu dengan statusku, karena semua ini adalah takdir-Nya, bukan karena kesalahanku. Terima kasih teman-teman. Sambutan kalian menjadi energi bagiku. Hari pertama kembali bekerja meneguhkan tekadku bahwa aku akan mampu melewati semua ini dengan baik.

Perjuanganku sebagai seorang single parent tidak mudah. Berbagai tantangan dan rintangan datang silih berganti. Ekonomi keluarga pun mengalami pasang surut. Tetapi hidup harus terus berlanjut. Beruntung aku masih memiliki orang tua tempat curhat. Ayahku memosisikan diri menjadi ayah bagi ketiga anakku. Dialah yang sering membantu, mencarikan solusi jika ada masalah. Ayahku menjadi ayah yang sebenarnya bagi putri bungsuku. Dia mengenal sosok ayah dari figur kakeknya.

Menghidupi tiga orang anak yang sedang membutuhkan biaya yang tidak sedikit, menuntut perjuangan yang luar biasa. Apalagi saat mereka sedang kuliah. Pernah suatu ketika anak cikalku memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk penyelesaian tugas akhirnya. Dengan berat hati motor kesayangannya pun dijual untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Sedih rasanya ketika mengingat peristiwa itu. Luar biasa, hidup memang penuh perjuangan. Hidup penuh pengorbanan. Cobaan demi cobaan yang datang membuatku semakin kuat. Demikian pula dengan anak-anakku. Mereka jadi lebih mandiri dan lebih dewasa daripada usianya. Mereka mampu menghadapi berbagai persoalan hidup dengan pemikiran yang matang.

Waktu berlalu dengan begitu cepat. Tak terasa kini si Cikal telah dewasa. Gelar Sarjana Teknik telah diraihnya. Bahkan dia sudah bekerja di salah satu perusahaan besar. Ranggi, adiknya pun telah lulus sebagai Sarjana Biologi. Ia memilih berwiraswasta. Kini si Bungsu, putri kecilku pun telah memperoleh ijazah Sarjana Psikologi. Besok dia akan menggunakan pakaian kebesarannya, pakaian kebanggaan seorang mahasiswa yang telah telah berhasil menyelesaikan studinya. Kebahagiaan ini sekaligus mengguratkan kesedihan karena tiga bulan lalu ayahku, kakeknya anak-anak pergi menghadap Yang Maha Kuasa. Tak mungkin lagi menyaksikan kebahagiaan cucu kesayangannya.

Adzan maghrib berkumandang membuyarkan lamunanku. Tak terasa aku masih duduk di teras setelah tadi menyiram bunga. Aku beranjak untuk mengambil air wudhu. Aku bersujud, pasrah pada Illahi, Sang Pemilik Hidup. Aku bersyukur telah mampu melewati salah satu episode terpenting dalam hidupku yang penuh liku dan perjuangan. Sayap-sayap yang patah kemarin, kini berganti dengan sayap-sayap baru, anakku-anakku, penyemangat hidupku. Semoga mereka mampu mengepakkan sayapnya untuk terbang tinggi meraih impian hidup.

Ya Rabb, semoga Engkau melimpahi anugerah yang lebih indah kepada ketiga mutiara hidupku. Mereka adalah amanah yang Engkau titipkan kepadaku. Engkaulah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Berkahilah kehidupan mereka agar menjadi penerus yang membanggakan keluarga.

Malam pun beranjak larut. Aku merebahkan badanku agar esok kembali bugar. Akan kuantar bungsuku meraih kebahagiaannya, memperoleh kebanggaannya, mengenakan toga simbol keberhasilan meraih gelar kesarjanaannya.

TAMAT

#Harike-37

#Tantangan_60_Hari_Menulis_Gurusiana

#SAYAP_SAYAP_PATAH

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Masya Allah, ceritanya antara sedih, bahagia bercampur jd satu. Good mom.

06 Apr
Balas

Terima kasih senantiasa hadir dan memotivasi. Salam hangat untuk keluarga. Sehat dan bahagia selalu.

06 Apr
Balas

Alhamdulillah happy ending. Sukses Bu..

06 Apr
Balas

Alhamdulillah. Nuhun, say.

06 Apr

Saya salut dengan ketabahan dan ketegaran Ibu dalam menghadapi perjuangan hidup yang penuh onak dan duri.Ibu telah menjadi orang yang sukses, sukses sebagai ibu, juga sukses dalam mengembangkan karirnya

07 Apr
Balas

Masya Allah, dirimu ibu yang luar biasa. Menghantarkan ketiga putra putri tercinta meraih sarjana. Semoga mereka semua sukses dunia akhirat. Dan ibu juga ayahnya dimuliakan Allah SWT. Aamiin

06 Apr
Balas

Terima kasih apresiasinya Bu Erwin

06 Apr

cerita yang hebat bu

07 Apr
Balas

Terima kasih, Bu Santhy.

09 Apr

Alhamdulillah ujian kesabaran yang berat

10 Apr
Balas



search

New Post