SEMUA BERAWAL DARI TERPAKSA
Bukan sebuah kebetulan, jika hari ini saya berkesempatan mengikuti lomba menulis periode Juni 2020. Lomba yang mempersyaratkan pesertanya telah lolos mengikuti tantangan 90 hari menulis tanpa henti. Tema yang diusung adalah The Power of Kepekso. Tema yang mengingatkan akan perjuangan yang tidak mudah untuk menaklukkan tantangan 90 hari menulis tanpa bolong. Tema yang menggambarkan perjuangan seorang gurusianer untuk mendapatkan sertifikat emas. Sebuah puncak penghargaan di negeri Gurusianer.
Ketertarikan saya mengikuti tantangan menulis ini, bermula ketika saya sering melihat postingan teman-teman di facebook. Saya amati dan pelajari ketentuannya. Saya pun bertanya pada seorang sahabat, yang sudah saya anggap sebagai kakak. Dengan senang hati, dia membimbing saya. Dia menjelaskan ketentuan dan cara mengirimkan naskahnya ke blog Gurusiana. Malam itu juga, menjelang deadline, terbanglah tulisan saya yang pertama, berjudul “Hilangnya Si Kolak Singkong.” Hari-hari berikutnya semangat saya makin menggebu dan tulisan pun mengalir setiap hari.
Menginjak hari ke sepuluh, muncul masalah. Kendala klasik yang sering menghinggapi para penulis pemula, yaitu kebuntuan ide. Hampir saja saya tidak bisa melanjutkan tantangan ini. Namun, dengan tekad dan semangat yang dimiliki, saya terus melangkah agar mampu mencapai puncak. Kebuntuan ide ini akhirnya melahirkan tulisan dengan judul “Jalan Masih Menanjak.”
Rintangan tidak berhenti sampai di sana. Kondisi fisik yang tidak mendukung menjadi hambatan berikutnya. Dalam keadaan sakit pun, saya harus tetap menulis. Inilah saat yang saya anggap sebagai saat yang paling heroik. Penglihatan berkunang-kunang, kepala berat dan pusing, tetapi pikiran harus konsentrasi. Dipaksa harus menulis agar tidak bolong sehari pun. Dipaksa untuk bercanda dengan laptop yang tulisannya terlihat seperti menari-nari dan menertawakan. Perjuangan ini melahirkan tulisan dengan judul “Aku Gagal Malam Ini.” Tulisan yang menyelamatkan saya dari kegagalan untuk meraih sertifikat biru.
Mengikuti tantangan Gurusiana etape pertama, 30 hari menulis tanpa henti, adalah tantangan yang paling berat dan menguras energi. Etape yang penuh drama. Adaptasi pada situasi yang baru, dengan menulis tanpa henti setiap hari, merupakan perjuangan yang menguras seluruh potensi diri. Mampu menaklukkannya, adalah modal untuk melangkah menuju etape-etape berikutnya.
Menyelesaikan tantangan 30 hari menulis tanpa henti dan memperoleh sertifikat biru, menjadi nuklir pembangkit semangat untuk melaju pada tantangan 60 hari dan 90 hari. Kebiasaan yang telah terbangun selama tiga puluh hari memberikan dampak yang luar biasa dan menjadi senjata untuk menaklukkan tantangan selanjutnya. Drama-drama yang terjadi pada etape pertama tidak ditemui lagi. Perjalanan lebih mulus, kondisi fisik lebih tangguh, dan mental pun lebih kuat. Keberhasilan menyelesaikan tantangan 60 hari dirayakan dengan tulisan yang berjudul “Si Perak Semakin Mendekat.”
Tiga puluh hari berikutnya, menuju pencapaian prestasi menulis setiap hari selama 90 hari, hanyalah tinggal menghitung waktu. Tuntutan untuk menulis setiap hari tidak lagi menjadi beban. Prosesnya sudah mulai bisa dinikmati. Peristiwa apapun bisa menjadi bahan tulisan. Puncak dari keberhasilan ini diekspresikan dalam bentuk tulisan yang berjudul “Niat yang Kuat, Emas Didapat.”
Tantangan menulis Gurusiana merupakan bagian dari serpihan hakekat kehidupan. Siapapun yang mengikuti tantangan ini, harus patuh pada aturan main. Sama halnya, dengan hakekat kita sebagai manusia, yang tidak terluput dari hukum kausalitas, hukum sebab akibat. Kita tercipta sebagai manusia, maka punya kewajiban untuk melaksanakan ibadah kepada Allah Swt. Sebagaimana yang telah ditetapkan dalam syariat-Nya.
Tantangan Gurusiana memberikan pembelajaran tentang konsistensi terhadap pelaksanaan kewajiban. Baik kewajiban sebagai anggota MediaGuru maupun sebagai hamba Allah. Kewajiban yang rutin dilaksanakan setiap hari, jika dijalankan dengan penuh kesadaran dan kesungguhan tidak lagi menjadi beban. Namun, melaksanakannya menjadi aktivitas yang menyenangkan.
Semua berawal dari terpaksa, lama-lama menjadi biasa, akhirnya luar biasa. Awalnya terpaksa karena ada pihak yang memaksa untuk menulis setiap hari. Lama-lama menjadi terbiasa menulis. Akhirnya, menikmati keterpaksaan itu sebagai sebuah kebutuhan. Kebutuhan untuk selalu menuliskan apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasa.
Bandung, 7 Mei 2020
Dra. N. Yuli Ridawati,M.Si., lahir di Bandung, 9 Juli 1963. Saat ini bekerja sebagai Pengawas SMP di Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat. Alumni MWC 4 Jabar dan Sagusabu 2 Daring. Sedang giat belajar menulis bersama Gurusiana dan MediaGuru.
Nomor Anggota MediaGuru: 20200403002844
Nomor kontak yang bisa dihubungi:
- (HP/WA) 081220389848
- Email : [email protected].
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Good aeticle mom, jd minder sy
Terima kasih apresiasinya, Bu Karyani. Wah, Ibu juga tulisannya hebat dan keren.
Memang harus dipaksa ya bu
Betul. Awalnya harus ada pemaksaan.
Selamat Bu semoga sukses...semangat...
Alhamdulillah, say. Terima kasih telah senantiasa memotivasi dan jadi sumber inspirasi.
Mantap bun
Terima kasih apresiasinya, say.
Benar Bu...
Terima kasih Bu Marlina telah berkenan mampir.
Mantap bu
Terima kasih apresiasinya, Bu Sofiawati.
kayaknya semua ngalami bu..seperti dipaksa, jadi bisa terus terbiasa dan kecanduan..he..he., lanjut u ..salam
Terima kasih apresiasinya Pak Eko.
Tulisan ibu kereeeen menewen. Semoga sukses menjadi salah satu pemenang lomba. Aamiin
Aamiiin. Terima kasih apresiasi dan doanya, Neng Nita.
Kerennn bun tulisannya
Terima kasih apresiasinya, Bu Min.
Puncak dari keberhasilan ini diekspresikan dalam bentuk tulisan yang berjudul Niat yang Kuat, Emas Didapat. mantap bu, tulisan yg inspiratif
Terima kasih apresiasinya, Pak Amar.
Keren BuMau filenya
Mantul bunda.
Terima kasih Bu Ilma telah berkenan hadir.
Mantap Bun, salam kangen
Terima kasih apresiasinya Bu Maimuna.
Alhamdulillah, semoga sukses dalam lombanya bu
Aamiiin. Terima kasih apresiasi dan doanya, Pak Yusrin.